STRATEGI KOMUNIKASI DALAM UPAYA KEBERLANJUTAN BISNIS PERUSAHAAN


Membaca studi kasus perusahaan Westwood Publishing yang didirikan oleh Linda Bosworth pada tahun 1990 ternyata cukup bisa dikorelasikan dengan kondisi perusahaan tempat saya bekerja saat ini dalam hal penanganan terhadap karyawannya.

Westwood Publishing adalah perusahaan penerbit majalah yang menjual sampai jutaan dolar dengan ratusan judul dan basis pelanggan yang luas. Masalah umum yang terjadi dari hampir semua perusahaan adalah transformasi perkembangan teknologi dari waktu ke waktu yang menuntut untuk diikuti agar terus mampu bersaing dalam dunia usaha dan perdagangan. Masalah lain yang juga timbul adalah karena adanya perubahan lingkungan bisnis korporat sebagai dampak dari fleksibilitas dan efisiensi beban perusahaan.

Awal milenium tahun 2000an merupakan awal momentum perkembangan teknologi masal yang tak terbendung menyebabkan Westwood Publishing mengalami penurunan penjualan dan harus rela berbagi pendapatan dengan perusahaan lain sejenis atau perusahaan baru yang sudah menerapkan teknologi E-dot-com. Perusahaan E-dot-com mampu membuktikan bahwa diperlukan transformasi strategi bisnis untuk keberlanjutan perusahaan. Sebagai perusahaan yang terus berkembang, karyawan muda dengan gelar MBA menjadi pilihan yang lebih kompetitif dalam angkatan kerja. Hal yang menjadi pertimbangan lain adalah bahwa beberapa fungsi bisnis dianggap strategis jika diintegrasikan dengan fungsi lain untuk memaksimalkan sumber daya manusia dan mengurangi biaya operasional.

Setali tiga uang dengan Westwood Publishing, perusahaan telekomunikasi yang saya sebutkan di alenia pertama diatas dalam 3 tahun terakhir ini juga mengalami hal yang sama. Diawali dari kurangnya kemampuan bersaing perusahaan terhadap produk-produk unggulan kompetitor, menurunnya kemampuan kompetensi karyawan di internal perusahaan dengan berbagai alasan, kurang intimnya komunikasi yang intensif antara karyawan dengan manajemen perusahaan serta perubahan arah kebijakan pemerintah yang kiranya sudah tidak berpihak dengan sarana teknologi yang digunakan oleh perusahaan itu menjadikan pukulan hook yang cukup telak menimpa keberlangsungan bisnis usaha korporasi.

Langkah umum yang biasa diambil perusahaan jika berada dalam situasi seperti ini adalah melakukan restrukturisasi manajemen untuk mencapai efisiensi atau pengurangan beban biaya operasional perusahaan dan kebijakan pemberian program pensiun dini atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dipercepat untuk karyawan yang memiliki kriteria penilaian kerja kurang memuaskan selama periode tertentu, sudah memasuki usia tidak produktif dan/atau memiliki kualifikasi/keahlian yang tidak termasuk dalam rencana pengembangan oleh perusahaan. Adapun tujuan dari program pensiun dini atau PHK dipercepat dari sisi perusahaan adalah sebagai pengembangan bisnis agar memiliki keunggulan kompetitif perusahaan di masa yang akan datang dengan memberdayakan dan mengisi talenta-talenta muda berbakat dan siap tempur menghadapi kompetisi.

Masalah klasik yang umum dihadapi perusahaan adalah bagaimana cara yang efektif untuk mengkomunikasikan kebijakan program pensiun dini (PHK dipercepat) bagi karyawan yang masuk kriteria dengan tidak mempengaruhi kondisi psikologis karyawan yang bersangkutan dan karyawan lain. Masalah sensitif memang kerapkali menjadi bumerang dan ganjalan bagi para pelakunya dalam menentukan langkah-langkah strategis berikutnya. Kehilangan kepercayaan dan keyakinan dari karyawan terhadap kredibilitas perusahaan dapat menyebabkan tingkat turn over yang tinggi dan hasilnya tentu akan mempengaruhi produktifitas dan reputasi perusahaan.

Strategi komunikasi yang perlu dilakukan oleh manajemen tentang cara-cara yang efektif dalam upaya melakukan pendekatan pendekatan terhadap permasalahan dimana manajemen berpikir untuk menurunkan resiko dan memastikan semua efek negatif yang mungkin muncul bisa diminimalisir atau dihindari adalah dengan melakukan audit komunikasi (peninjauan ulang) sebelum mengumumkan informasi mengenai kebijakan program pensiun dini. Setelah proses audit komunikasi selesai, manajemen wajib terlibat dalam upaya komunikasi internal yang akan menciptakan situasi nyaman dan kondusif (win-win solution) untuk semua orang yang terlibat.

Beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan manajemen dalam mengkomunikasikan kebijakan perusahaan adalah:

  1. Pemilihan waktu yang tepat dalam mengkomunikasikan rencana program ini agar efektif dan tidak mengganggu operasional aktifitas perusahaan.
  2. Menciptakan saluran komunikasi dua arah untuk menghindari konflik dan kesalahpahaman dengan karyawan. Menggali informasi dan keluhan-keluhan dari karyawan. Menyampaikan visi misi perusahaan dan rencana-rencana strategis yang akan diambil.
  3. Transparansi informasi dengan menyebarkan rencana program ini melalui email internal korporat dan tatap muka kepada karyawan yang masuk dalam kriteria.
  4. Melakukan pertemuan dan negosiasi untuk mencapat kesepakatan.


Donny Kristiyanto
Terobsesi dengan People, Social Cultural & Environment

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KERJA BARENG ORTU: MEMBUAT CELEMEK DARI BARANG PLASTIK BEKAS BUNGKUS SABUN

FAKTOR SUKSES LOBI DAN NEGOSIASI TIONGKOK DALAM PROYEK TENDER KERETA CEPAT JAKARTA – BANDUNG

SAYA MEMBUTUHKAN BANTUAN ANDA UNTUK MEWUJUDKAN RENCANA